Toksoplasma Gondii

Selasa, 09 November 2010

Sebelumnya perlu diketahui, toksoplasmosis atau infeksi yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii ini sebenarnya bukan hanya dapat menyerang manusia, melainkan juga dapat menyerang hewan, seperti: kucing, anjing, babi, kambing, domba, sapi, kuda, burung (misal: kenari), ayam (seperti: White Leghorn), pandemelon Tasmania, tupai, singa laut California. Namun hewan tersering sebagai “pembawa” atau “biang keladi” Toxoplasma gondii adalah kucing.

To the point saja, ya….

Gambaran klinis, meliputi: tanda, dan gejala pada manusia adalah sebagai berikut:

-Pada penderita dewasa

Pada penderita yang daya tahan tubuhnya tinggi, sekitar 80-90% tanpa gejala. Dapat disertai limfadenopati di leher, biasanya tidak perih, tidak sakit, berdiameter kurang dari 3 cm. Dapat disertai demam, rasa tidak enak badan, berkeringat malam hari, dan nyeri otot. Dapat juga diiringi sakit tenggorokan, limfadenopati selaput rongga perut (mesenterium) dan retroperitoneal dengan nyeri perut, radang mata (chorioretinitis). Limfadenopati disini berarti pembesaran abnormal kelenjar limfe akibat penyakit tertentu.
Pada penderita yang daya tahan tubuhnya rendah, dapat disertai: radang otak (berupa: encephalitis, meningoencephalitis), radang otot jantung (myocarditis), radang paru-paru (pneumonitis), kelemahan otot (hemiparesis), kejang (seizures), perubahan penglihatan, dan perubahan status mental.

-Pada wanita hamil

Wanita hamil yang menderita toksoplasmosis pada umumnya tidak menunjukkan gejala yang khas; sebagian kecil hanya menunjukkan gejala menyerupai flu (flu like syndrome), atau pembesaran kelenjar getah bening leher satu sisi.

-Pada janin, bayi baru lahir, dan anak

Toksoplasmosis yang menyerang janin, bayi baru lahir, dan anak di dalam medis disebut congenital toxoplasmosis atau toksoplasmosis kongenital.
Sebenarnya ada TRIAS toksoplasmosis kongenital, yaitu tiga ciri, karakteristik utama yang hampir selalu ditemukan (pathognomonic) pada penderita toksoplasmosis kongenital, yaitu:
1. Hidrosefalus, yaitu: kondisi abnormal dimana cairan serebrospinal terkumpul di ventrikel otak, pada janin dapat menyebabkan cepatnya pertumbuhan kepala dan penonjolan fontanela (sehingga kepala tampak membesar karena berisi cairan) dan wajah yang kecil.
2. Korioretinitis, yaitu: radang/inflamasi lapisan koroid di belakang retina mata.
3. Pengapuran (calcification) otak dan intraseluler.



Nah, mari kita perhatikan tanda, gejala, atau ciri-ciri yang lainnya:

1. Kondisi ini paling berat saat infeksi maternal (yang berasal dari ibu) terjadi sejak dini saat masa kehamilan.
2. Sekitar 15-55% anak yang menderita infeksi bawaan atau sejak lahir (congenitally infected children) tidak memiliki antibodi IgM spesifik-T.gondii yang dapat dideteksi saat lahir atau masa tumbuh-kembang awal (early infancy).
3. Sekitar 67% penderita tidak disertai tanda atau gejala infeksi. Juga dilaporkan: radang mata (chorioretinitis) terjadi pada sekitar 15% penderita, penulangan intrakranial (10%), kepala kecil (microcephaly).
4. Disertai ketidaknormalan jumlah sel darah putih (leukosit) di cairan otak dan sumsum tulang (cerebrospinal fluid), yang dalam istilah medis disebut dengan pleocytosis. Sedangkan nilai protein meningkat pada 20% penderita.
5. Janin baru lahir yang terinfeksi T.gondii dapat mengalami anemia, penurunan trombosit, dan penyakit kuning (jaundice) saat lahir.
6. Janin yang terinfeksi dapat tanpa gejala sama sekali, atau hanya didapatkan pertumbuhan janin terhambat, atau gambaran hyperechoic bowel.
7. Bayi yang bertahan hidup (affected survivors) dapat menderita retardasi mental, kejang (seizures), kerusakan penglihatan (visual defects), spasticity, atau gejala sisa neurologis (berhubungan dengan saraf) yang berat lainnya.


[get this widget]

0 komentar: