BABY BLUES SYNDROME

Selasa, 09 November 2010

Beberapa bulan belakangan ini sering kita baca, dengar dan saksikan dimedia cetak, elektronik maupun internet, tentang seorang ibu yang tega membuang, menganiaya bahkan membunuh buah hatinya sendiri.

Hal ini tentu mengundang tanda tanya, BABY BLUES atau DEPRESIkah? Lantas, apa beda keduanya?

BABY BLUES SYNDROME atau DEFRESI PASCAPERSALINAN adalah suatu kondisi umum yang dialami oleh ibu melahirkan, karena adanya perubahan hormon yang terjadi pada 3-4 hari setelah persalinan yang memicu mood menjadi lebih sensitif, rasa gembira, rasa sedih dan ingin menangis tanpa sebab, cemas dan kaget silih berganti, sehingga menimbulkan kelelahan secara psikis bagi sang ibu.

BABY BLUES merupakan fenomena normal yang dialami sekitar 70 persen wanita selepas melahirkan. Apalagi wanita yang baru melahirkan pertama kali, biasanya masih gugup menghadapi perubahan peran dan fungsinya sebagai ibu baru. Di satu sisi, hatinya terisi dengan kebahagiaan yang membuncah, di sisi lain fluktuasi mood menyebabkannya “feeling blue”.

PENYEBAB BABY BLUES SYNDROME
=====================
Beberapa hal yang disebutkan sebagai penyebab terjadinya BABY BLUES SYNDROME, diantaranya:

1. PERUBAHAN HORMONAL
Pasca melahirkan terjadi penurunan kadar strogen dan progesterone yang drastis, dan juga disertai penurunan kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yang menyebabkan mudah lelah, penurunan mood, dan perasaan tertekan.

2.FISIK
Hadirnya si kecil dalam keluarga menyebabkan pula perubahan ritme kehidupan sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang dan malam sangat menguras energi ibu, menyebabkan berkurangnya waktu istirahat, sehingga terjadi penurunan ketahanan dalam menghadapi masalah.

3. PSIKIS
Kecemasan terhadap berbagai hal, seperti ketidakmampuan dalam mengurus si kecil, ketidak mampuan mengatasi dalam berbagai permasalahan, rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk tubuh dari sebelum hamil serta kurangnya perhatian keluarga terutama suami ikut mempengaruhi terjadinya depresi.

4. SOSIAL
Perubahan gaya hidup dengan peran sebagai ibu baru butuh adaptasi. Rasa keterikatan yang sangat pada si kecil dan rasa dijauhi oleh lingkungan juga berperan dalam depresi.


GEJALA
=====
Gejala biasanya bervariasi dari derajat ringan hingga berat. Adapun gejala yang biasanya muncul antara lain:

1. Perasaan cemas yang berlebihan, sedih, murung, dan sering menangis.

2. Seringkali merasa kelelahan dan sakit kepala.

3. Perasaan ketidakmampuan, misalnya dalam mengurus si kecil.

Meski sama-sama terjadi pada masa nifas (40 hari pascamelahirkan), POST PARTUM DEPRESSION (PPD) atau DEPRESI PASCAMELAHIRKAN biasanya berlangsung lebih lama dengan gejala yang lebih lengkap dan mengganggu. Antara lain rasa bersalah atau berdosa, gugup, ceroboh, mudah marah, badan lemah dan lesu. Hal yang mengkhawatirkan jika ibu sampai tidak ada minat menyusui bayinya atau bahkan enggan menyentuh si kecil. Depresi pasca melahirkan disertai dengan tanda-tanda:

1. Kelelahan yang berkepanjangan, susah tidur, dan insomnia.

2. Hilangnya perasaan bahagia dan minat untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan.

3. Tidak memperhatikan diri sendiri dan menarik diri dari keluarga dan teman.

4. Tidak memperhatikan atau bahkan perhatian yang berlebihan pada si kecil.

5. Perasaan takut telah menyakiti si kecil.

6. Tidak tertarik pada seks.

7. Perasaan berubah-ubah dengan ekstrim, terganggu proses berpikir dan konsentrasi.


CARA MENGATASI BABY BLUS SYNDROME
=========================
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Selalu berdoa kepada Allah agar diberi taufik dan kemudahan dalam menjalankan kewajiban kita sebagai seorang ibu.

2. Tanamkan pada diri untuk selalu bersikap ikhlas dan tulus berperan sebagi ibu baru. Ingatlah balasan yang akan kita dapat di akhirat kelak!

3. Belajar bersikap tenang dengan mengambil nafas panjang dan fleksibel dalam mengurus si kecil.

4. Tidurlah ketika si kecil tidur.

5. Komunikasikan rasa cemas yang dialami dengan pasangan, saudara atau teman dekat.

6. Luangkan waktu untuk diri sendiri, meski hanya 15 menit untuk melakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti mendengarkan murotal, baca buku, atau olah raga ringan.

7. Ibu tidak diharapkan menjadi ’SUPER MAMA’, jadi berlaku jujurlah pada diri sendiri maupun orang lain sejauh mana kita dapat melakukan sesuai kemampuan dan minta bantuan orang lain.

8. Biarkan pasangan atau keluarga membantu dalam urusan rumah tangga dan mengurus si kecil.

9. Bergabung dan berbagi cerita dengan ibu-ibu baru.

10. BABY BLUES bukanlah hal yang memalukan, jadi jangan ragu untuk mengkomunikasikan dengan orang terdekat.

Untuk itulah, diperlukan peran serta anggota keluarga yang dapat mendampingi (terutama suami) agar mencermati bilamana terjadi gelagat “aneh” pada ibu yang baru melahirkan. Sebaliknya, bagi si ibu manakala merasakan ketidaknyamanan atau “keanehan” pada dirinya, hendaknya bercerita atau mengungkapkannya, minimal pada suami dan keluarga terdekat.

“Dukungan suami, mertua, keluarga, dan teman sejak awal proses melahirkan akan membantu si ibu menghadapi kondisi BABY BLUES yang mungkin dialaminya,” katanya.

SUMBER : okezone.com & muslimah.or.id

============================================
............................ semoga bermanfaat ................................


[get this widget]

0 komentar: