Meski fokus mengembangkan bisnis hypermarket-nya, PT Matahari Putra Prima Tbk akan mengkaji pemisahan unit usaha lain yang dimiliki perseroan.
"Kami akan rampingkan, mungkin saja dipisahkan," kata Direktur Utama Matahari Putra Prima, Benjamin Mailool kepada VIVAnews di Jakarta, akhir pekan lalu.
Matahari memiliki beberapa unit usaha di luar Divisi Matahari Food Business yang membawahi Hypermart dan Foodmart. Unit usaha itu di antaranya pusat hiburan keluarga (Timezone), outlet farmasi, toko buku internasional (Times), restoran, distribusi air mineral, hingga penyewaan properti.
Usaha penyewaan properti berupa mal itu di antaranya tersebar di Lampung, Kudus, Klaten, Madiun, Serang, dan Bogor.
Kajian pemisahan unit usaha Matahari itu merupakan bagian analisis strategis menyeluruh terhadap kegiatan bisnis Matahari yang dilakukan Merrill Lynch Pte Ltd, Singapura. Matahari berharap kajian tersebut rampung pada akhir November tahun ini.
Benjamin menjelaskan, peluang usaha melalui kajian pemisahan unit bisnis tertentu itu dilakukan karena perseroan ingin berkonsentrasi dalam pengembangan bisnis inti Hypermart. "Kami ingin konsentrasi pada bisnis ritel makanan. Untuk itu kami akan streamline unit bisnis non inti," ujar dia.
Dia mencontohkan potensi peningkatan bisnis di bidang hiburan keluarga melalui outlet permainan, Timezone. Saat ini, Timezone baru mengontribusi pendapatan Matahari sekitar Rp300 miliar per tahun.
"Bandingkan dengan Divisi Food Business yang mencapai Rp6,5 triliun tahun lalu. Padahal Timezone juga punya potensi nilai juga," kata dia.
Sementara itu, untuk distribusi air mineral, menurut dia, Matahari dan mitra usaha berpeluang meraih pendapatan yang saling menguntungkan. Selain harga produk lebih murah 5-10 persen, melalui kerja sama strategis di bidang distribusi air mineral itu, mitra usaha bisa menghemat biaya logistik dan iklan.
Potensi untuk memperoleh keuntungan bisnis melalui pemisahan unit usaha perseroan itu, dia melanjutkan, telah dibuktikan dengan penjualan Divisi Department Store beberapa waktu lalu.
"Sebelum Divisi Department Store dipisah, kinerja Hypermart tidak terlihat, makanya kami kaji opsi ini," ujar Benjamin.
Tidak hanya pemisahan usaha, Merrill Lynch juga mengkaji mengenai akuisisi perusahaan lokal guna memperkuat produk Hypermart. "Secara internal, kami bisa saja disarankan untuk mengakuisisi produk lokal," tutur Benjamin.
Hypermart sendiri saat ini telah memiliki produk sendiri, namanya Value Plus. Produk dengan label Value Plus itu di antaranya beras, gula, dan tissue. Namun, jumlah produk Value Plus itu masih sedikit. Untuk itu, Matahari mempertimbangkan akuisisi produk lokal guna memperkuat label Value Plus.
Kajian lainnya, Benjamin menambahkan, adalah kemungkinan untuk membentuk usaha patungan (joint venture). "Bekerja sama dengan retailer asing akan memberikan keuntungan juga bagi kami. Kalau mereka membutuhkan produk lokal, bisa melalui Matahari atau sebaliknya," kata dia.
Ketika ditanya apakah ada kemungkinan perseroan kembali ke bisnis Department Store, Benjamin tidak menampik peluang itu. "Mungkin saja, karena kajian bisnis Matahari ke depan yang dilakukan Merrill Lynch di antaranya juga akan mempertimbangkan faktor itu," kata dia.
Apalagi, saat melepas Department Store beberapa waktu lalu, Merrill Lynch bertindak sebagai penasihat.
Matahari menjual lini bisnis Departement Store pada April 2010 kepada Meadow Asia Company Limited senilai Rp7,2 triliun. Meadow Asia merupakan perusahaan patungan CVC Capital Partners dan Matahari Putra Prima. CVC menguasai 80 persen saham Meadow, sedangkan Matahari 20 persen sisanya.
Setelah transaksi, Meadow Asia melalui Meadow Indonesia menguasai 80 persen saham Matahari Department Store. Sementara itu, Matahari hanya memiliki 20 persen saham dengan opsi menambah 7,5 persen.
Hingga akhir 2010, Matahari memproyeksikan Divisi Matahari Food Business (MFB), yang mengoperasikan Hypermart dan Foodmart akan mencapai total penjualan Rp7,5 triliun. Proyeksi penjualan itu meningkat dibanding penjualan divisi serupa pada 2009 sebesar Rp6,5 triliun.
[get this widget]
0 komentar:
Posting Komentar